Kamis, 27 Februari 2014

Kata Sheila, mana Xevenovica...?



Xevenovica..
Kelas penuh tawa dan canda..
Kelas yang rasanya sudah seperti keluarga..
Kelas dimana tangis, canda, dan tawa..
Terhimpun dalam satu ikatan, bernama cinta..
Seperti kata Sheila,

“di saat kita bersama.. di waktu kita tertawa, menangis, merenung.. Oleh cinta.."
_Kita_
Mungkin banyak yang berkata..
Tulisan ini…  Sia-sia saja.. 
Ini percuma.. Ini buang-buang waktu saja..
Ya. Mungkin itulah kata-kata yang tepat..  Tepat menurut mereka..
Mereka yang move on itu penting katanya..
Mereka yang terlalu mudah tuk berkata ‘lupakan saja’..
Mereka yang nyatanya hanyalah orang-orang yang penuh rasa cemburu..
Cemburu atas ukhuwah yang terlanjur menyatu..
Seperti kata Sheila,
“…maafkanlah semua sikap kasarku, bukan maksud untuk melukaimu.. Aku hanyalah orang, yang penuh rasa cemburu…”
_Bila Kau Tak Disampingku_

Aneh memang, atau bahkan gila..
Tapi satu hal yang jelas adalah, saya sudah terlalu bodoh..
Bodoh? Ya, bodoh karena terlalu memaksa untuk menahan gejolak rindu yang tak kunjung reda..
Bodoh karena terlalu memaksa untuk menahan ego ini..
Rindu dan ego terhadap kelas yang pernah ada di hati..
Rindu dan ego terhadap Xevenovica..
Seperti kata Sheila,


“…terlalu bodoh untuk diriku, menahan berat jutaan rindu.. Apalagi menahan egoku…”
_Bila Kau Tak Disampingku_


Lalu, mana Xevenovica?
Mana kelas yang dijuluki Zebras itu?
Mana kelas yang katanya ACnya sedingin kulkas,
Namun Jaketnya sehangat pelukan Bu Ratna..??
Dimana ia sekarang? Kemana ia pergi?
Kenapa?
Kenapa ia harus pergi ketika kepergiannya justru membuat semuanya menjadi sepi..??
Seperti kata Sheila,

“Haruskah kau kan pergi, bila semua kan sepi..?? Haruslah kau kembali.. Saat kau baca lirik ini..”
_Berai_