Xevenovica..
Kelas penuh tawa dan
canda..
Kelas yang rasanya sudah
seperti keluarga..
Kelas dimana tangis,
canda, dan tawa..
Terhimpun dalam satu
ikatan, bernama cinta..
Seperti kata Sheila,
“di saat kita bersama.. di waktu kita tertawa, menangis, merenung.. Oleh cinta.."
_Kita_
Mungkin banyak yang
berkata..
Tulisan ini… Sia-sia saja..
Ini percuma.. Ini
buang-buang waktu saja..
Ya. Mungkin itulah
kata-kata yang tepat.. Tepat menurut
mereka..
Mereka yang move on itu penting katanya..
Mereka yang terlalu mudah
tuk berkata ‘lupakan saja’..
Mereka yang nyatanya
hanyalah orang-orang yang penuh rasa cemburu..
Cemburu atas ukhuwah yang
terlanjur menyatu..
Seperti kata Sheila,
“…maafkanlah semua sikap kasarku, bukan maksud untuk melukaimu.. Aku hanyalah orang, yang penuh rasa cemburu…”
_Bila Kau Tak Disampingku_
Aneh memang, atau bahkan
gila..
Tapi satu hal yang jelas
adalah, saya sudah terlalu bodoh..
Bodoh? Ya, bodoh karena
terlalu memaksa untuk menahan gejolak rindu yang tak kunjung reda..
Bodoh karena terlalu
memaksa untuk menahan ego ini..
Rindu dan ego terhadap
kelas yang pernah ada di hati..
Rindu dan ego terhadap
Xevenovica..
Seperti kata Sheila,
“…terlalu bodoh untuk diriku, menahan berat jutaan rindu.. Apalagi menahan egoku…”
_Bila Kau Tak Disampingku_
Lalu, mana Xevenovica?
Mana kelas yang dijuluki Zebras itu?
Mana kelas yang katanya ACnya
sedingin kulkas,
Namun Jaketnya sehangat
pelukan Bu Ratna..??
Dimana ia sekarang? Kemana
ia pergi?
Kenapa?
Kenapa ia harus pergi ketika
kepergiannya justru membuat semuanya menjadi sepi..??
Seperti kata Sheila,
“Haruskah kau kan pergi, bila semua kan sepi..?? Haruslah kau kembali.. Saat kau baca lirik ini..”_Berai_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar